BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Karyawan adalah sesorang yang
ditugaskan sebagai pekerja dari sebuah perusahaan untuk melakukan operasional
perusahaan dan dia bekerja untuk digaji.berhubungan dengan karyawan pasti
takkan lepas dari kinerja karyawan maka dan setiap perusahaan akan selalu
melakukan penilaian kinerja karyawan. Dalam buku yang berjudul :”Manajemen
Sumber Daya Manusia”(1995:327), menurut Henry Simamora kinerja karyawan adalah
tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Keberhasilan organisasi merupakan sebuah pencapaian prestasi
kerja sebagai teamwork. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan sebuah
organisasi tergantung pada pencapaian dari masing-masing individu dalam
organisasi, terutama berkaitan dengan hasil kinerja dalam setiap bidang yang
menjadi tanggung jawabnya. Demikian pula halnya dengan keberhasilan
perpustakaan dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat informasi
Gibson dalam Brahmasari (2008), mengemukakan bahwa kinerja
organisasi tergantung dari kinerja individu atau dengan kata lain kinerja
individu akan memberikan kontribusi pada kinerja organisasi, artinya bahwa
perilaku anggota organisasi baik secara individu maupun kelompok memberikan kekuatan
atas kinerja organisasi sebab motivasinya akan mempengaruhi pada kinerja
organisasi. Kinerja pustakawan adalah kemampuan kinerja yang
dicapai dan diinginkan dari perilaku pegawai dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab secara individu atau kelompok.
Semua jenis perpustakaan pasti memerlukan kegiatan manajemen
yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan
tertentu bagi perpustakaan. Salah satu elemen yang bernilai penting
dalam sistem manajemen perpustakaan adalah kepemimpinan (leadership).
Freeman dan Taylor dalam Sutarto (1991) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok dalam rangka mencapai tujuan
organisasi dengan efektivitas yang maksimum dan kerja sama dari tiap individu.
Dari penjelasan Taylor dapat dipahami bahwa dalam upaya mencapai tujuan
organisasi, seorang pemimpin juga menjalankan peran manajerial melalui bentuk
kekuasaan terlegitimasi yang dimiliki seorang pemimpin yaitu pelibatan dan
pemberdayaan karyawan serta memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha bawahan
dalam mencapai tujuan organisasi
Pelibatan karyawan adalah proses
mengikutsertakan para karyawan pada semua tingkatan organisasi dalam pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah. Ketika terjadi penyimpangan, manajemen harus
memberdayakan karyawan yang bekerja erat dengan proses untuk mencari akar
penyebab masalah dan mencari solusi yang tepat. Sedangkan pemberdayaan karyawan
mengacu pada tindakan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab bersama untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan. Sebelum mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawab, seorang manajer perlu memastikan bahwa karyawan telah
mendapatkan pelatihan yang cukup dan menguasai bidang yang menjadi
tanggungjawabnya
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah
11. Bagaimana konsep pelibatan dan
pemberdayaan karyawan?
22. Apa
faktor-faktor penghambat pelibatan dan pemberdayaan karyawan?
33. Bagaimana
implementasi pelibatan dan pemberdayaan karyawan?
44. Bagaimana
pengakuan dan penghargaan prestasi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam penulisan makalah ini adalah
11. Untuk mengetahui Konsep pelibatan
dan pemberdayaan karyawan.
22. Untuk
mengetahui faktor penghambat pelibatan dan pemberdayaan karyawan.
33. Untuk
mengetahui impelementasi pelibatan dan pemberdayaan karyawan.
44. Untuk
mengetahui bagaimana pengakuan dan penghargaan prestasi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Konsep Pelibatan dan
Pemberdayaan Karyawan
Karyawan selain merupakan asset
dominan dalam organisasi juga sebagai pemasok internal yang sangat berperan
dalam menghasilkan suatu barang atau jasa yang berkualitas. Pelanggan internal adalah orang yang berada
di dalam perusahaan dan
memiliki pengaruh pada performansi
pekerjaan (atau perusahaan) kita.
Bagian-bagian pembelian, produksi, penjualan,
pembayaran gaji, dan karyawan, merupakan contoh dari pelanggan internal.
Sebagai misal, bagian pembayaran gaji harus memandang karyawan yang dibayar
gajinya sebagai pelanggan yang harus dipuaskan. Kebutuhan karyawan (pelanggan
internal) seperti menerima pembayaran gaji tepat waktu dan tepat
jumlah, tanpa kesalahan administrasi,
dan lain-lain mutlak diperhatikan oleh bagian
pembayaran gaji yang dalam hal ini bertindak sebagai pemasok internal.
Pemasok internal adalah pihak di dalam perusahaan yang
memasok sesuatu (barang /jasa/ informasi ) kepada rekan kerja yang lain dalam
perusahaan. Di dalam organisasi/perusahaan ada pelanggan internal dan
pemasok internal. Misalnya dalam suatu perusahaan penerbitan surat kabar, tugas
karyawan A adalah melakukan pemeriksaan naskah (editing), yang kemudian
hasilnya akan diserahkan kepada karyawan B yang mengatur tata letak surat
kabar. Konsep ketergantungan (depedency) seperti ini penting dalam hubungan
pemasok dan pelanggan.
Pelibatan karyawan adalah suatu proses untuk mengikut
sertakan para karyawan pada semua tingkatan organisasi dalam pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai pelibatan karyawan yang
benar-benar berarti (signifikan). Dengan demikian, pemberdayaan tidak hanya
sekedar memberikan masukan, tetapi juga memperhatikan, mempertimbangkan, dan
menindaklanjuti masukan tersebut apakah akan diterima atau tidak. Tanpa adanya
pemberdayaan, pelibatan karyawan hanyalah merupakan alat manajemen yang tidak
ada gunanya .
Tujuan PPK untuk meningkatkan kemampuan organisasi dan untuk
memberikan nilai kepada pelanggan karyawan
harus memahami apa makna nilai pelanggan
Menurut Kotler (2005:103) nilai pelanggan adalah selisih
nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total dimana nilai pelanggan total
adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau jasa
tertentu dan biaya pelanggan total adalah sekumpulan biaya yang diharapkan oleh
konsumen yang dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan dan
membuang produk atau jasa.
2.2 Faktor
Penghambat Pelibatan Dan Pemberdayaan Karyawan (PPK)
Dalam pelaksanaan pelibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
organisasi terdapat beberapa faktor, diantaranya adalah suatu penolakan
terhadap perubahan. Menurut fandy tjiptono(2003:131), ada 2
penolakan terhadap perubahan yang perlu diperhatikan yaitu penolakan dari
manajemen dan dari karyawan.
A. Penolakan
manajemen terhadap penerapan PPK antara lain :
1.
Ketidak amanan.
Hal ini akan dirasakan oleh para manajer ketika karyawan
yang berada dalam tim kerja mencetuskan inisiatif atau ide yang dapat
mengurangi kekuasaan manajer tersebut. Sehingga manajer akan berusaha
mempersulit kelompok kerja
2.
Nilai-nilai pribadi.
Yaitu anggapan manajer bahwa karyawan harus melaksanakan
perintah yang diberikan oleh manajer
3.
Ego.
Manajer yang memiliki ego tinggi tidak akan menerima adanya
keterlibatan karyawan, karena akan merasa berkurang status dan keuntungannya.
4.
Pelatihan manajemen
Akan mempengaruhi cara pandang manajer karena biasanya
pelatihan manajemen mengikuti filosofi yang dicetuskan oleh Frederick Taylor
yang lebih fokus kepada penerapan prinsip-prinsip ilmiah dalam perbaikan proses
dan teknologi, yang tidak berorientasi pada manusia. Sehingga kemungkinan
besar, para manajer tersebut akan menolak PPK
5.
Karakteristik kepribadian para manajer
Yang dididik dengan cara lama tidak akan menerima PPK karena
mereka lebih memperhatikan tugas dan hasil kerja daripada memperhatikan orang
yang bekerja tersebut.
B.
Penolakan dari karyawan.
1. Mereka measa skeptis
terhadap manajemen yang silih berganti dan tidak dilaksanakan.
2. Penolakan
bisa juga terjadi karena karyawan tidak mau menerima perubahan karena
menyangkut hal hal baru dan mungkin tidak lazim, sehingga sulit mendapatkan
dukungan dari karyawan.
2.3 Implementasi Pelibatan Dan
Pemberdayaan Karyawan
Pimpinan yang berhasil bukanlah yang mencari kekuasaan untuk
dirinya sendiri akan tetapi yang mampu mendistribusikan kekuasaan kepada orang
banyak untuk mencapai tujuan bersama dengan melalui kejelasan wewenang,
tanggung jawab, serta diimbangi sikap disiplin. Pelibatan dan pemberdayaan
karyawan akan berarti hanya apabila hal tersebut merupakan suatu usaha sistemik
yang dilakukan untuk membantu organisasi guna meningkatkan nilai yang akan
diberikan kepada pelanggan(Fandy Tjiptono, 2003:135).
Kesalahan umum yang
harus dihindari pada saat mengimplementasikan PPK adalah sebagai berikut :
·
Memulai kegiatan tanpa adanya strategi
sistematis.
·
Memulai kegiatan PPK tanpa adanya
kepemimpinan yang aktif dari manajemen.
·
Menghitung kegiatan (seperti jumlah
pertemuan tim untuk peningkatan kualitas).
·
Rencana dan harapan yang tidak
realistis.
·
Mengharapkan pelibatan akan ada
akhirnya.
Peranan
utama manajemen dalam PPK adalah melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk
menjamin kesuksesan pelaksanaan dan penerapan konsep tersebut secara
terus-menerus. Peranan ini dapat diringkas menjadi tiga fungsi, yaitu komitmen,
kepemimpinan, dan kemudahan. Ketiga fungsi ini dibutuhkan untuk mengatasi
hambatan dan penolakan terhadap pelaksanaan PPK atau perubahan pokok lainnya
dalam budaya perusahaan. Peranan manajer dalam PPK antara lain meliputi sebagai
berikut :
·
Menunjukan sikap yang mendukung
·
Menjadi model peran
·
Menjadi pelatih
·
Menjadi fasilitator
·
Mempraktikan management by walking arond
(MBWA)
·
Mengambil tindakan dengan segera atas
rekomendasi
·
Menghargai prestasi karyawan
PPK
sebagai suatu konsep yang berusaha melibatkan dan memberdayakan karyawan secara
sungguh-sungguh memerlukan implementasi yang sistematis. Implementasi PPK
terdiri atas 4 tahap menurut Goetch, 1997:147 yaitu sebagai berikut:
·
Menciptakan lingkungan yang mendukung
·
Menentukan target dan mengatasi
penghambatan
·
Menerapkan dan menggunakan sarana
pendukung
·
Menilai, menyesuaikan, dan
memperbaikinya
Untuk
memicu inisiatif karyawan, dibuthkan lingkungan dan kondisi yang kondusif. Agar
lingkungan seperti itu dapat terbentuk, maka seorang manajer perlu melakukan
hal-hal berikut terhadap para karyawannya:
·
Mempercayai kemampuan mereka untuk
mencapai keberhasilan.
·
Bersifat sabar dan memberikan mereka
waktu untuk belajar.
·
Memberikan arahan dan bimbingan.
·
Mengajarkan keterampilan baru kepada
mereka dalam langkah kecil dan incremental.
·
Mengajukan pertanyaan yang menantang
mereka untuk berpikir dengan cara baru.
·
Membagi informasi dengan mereka untuk
menjalin hubungan.
·
Memberikan umpan balik yang tepat waktu
dan dapat dipahami serta membantu mereka selama proses belajar.
·
Menawarkan cara alternatif untuk
melaksanakan tugas.
·
Menunjukan sense of humor dan perhatian terhadap
mereka
·
Berfokus pada hasil dan menghargai
perbaikan pribadi.
Dalam
penerapan implementasi terdapat beberapa berbagai metode, diantaranya adalah :
1. Brainstorming
Disini
manajer mempunyai peran sebagai katalisator untuk mendukung diskusi antar peserta.
Peserta didorong untuk mengungkapkan seluruh idenya, akan tetapi tidak
diperkenankan untuk menghakimi ide dari peserta lain. Setelah saran dari
peserta terkumpul, maka akan diolah dan dipilih beberapa saran terbaik.
2. Nominal
group technique
Nominal
group technique merupakan salah satu bentuk dari brainstorming, tehnik ini
terdiri dari 5 langkah, yaitu :
a. Merumuskan permasalahan
b. Mencatat ide masing-masing
c. Mencatat ide kelompok
d. Memperjelas ide-ide
e. Masing-masing anggota kelompok
memilih ide yang dianggapnya sesuai
3. Gugus
Kualitas
Perbedaan utama gugus kualitas dan brainstorming adalah
anggota gugus kualitas adalah sekelompok karyawan yang secara sukarela
melaksanakan pertemuan sendiri, sedangkan brainstorming pada umumnya adalah
bentukan manajer.
Gugus kualitas ini bisa disebut juga
dengan gugus kendali mutu. Adapun pengertian dari gugus kendali mutu yaitu
sekelompok karyawan yang terdiri dari empat sampai dengan duabelas karyawan
yang berasal dari tempat atau bidang yang sama dalam perusahaan secara sukarela
berkumpul untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka dan menerapkannya dalam kegiatan
operasional perusahaan. ( Nurul Diena Novania ST)
4. Kotak saran
Cara ini dilakukan dengan cara menyediakan kotak
sebagai tempat karyawan menyampaikan saran tertulis.
5. Management
by walking around
Jalan-jalan di tempat kerja dan berbicara dengan
karyawan untuk mengumpulkan masukan. Cara ini dinilai efektif karena dapat
dengan langsung melihat sendiri di lapangan sejauh apa karyawan memahami apa
yang mereka kerjakan sehingga manajer dapat mengetahui kendala yang ada.
2.4 Penghargaan dan Pengakuan Prestasi
Tujuan
penilaian kinerja dalah sebagai alat diagnostika dan proses penilaian terhadap
perkembangan individu, tim, dan organisasi, penilaian digunakan untuk
menentukan besarnya penghargaan, tes validasi, dan pengembangan karir,
memperbaiki komunikasi, serta mendukung pemahaman terhadap fungsi. Penilaian
kinerja sanat efektif apabila difokuskan pada tujuan perusahaan. Oleh karena
hasil dari semua pekerjaan adalah berupa kualitas dan kepuasan pelanggan. Maka
penilaian seharusnya berkaitan dengan hasilnya (tujuan perusahaan). Penilaian
kinerja harus berkaitan dengan prinsip pembagian tanggung jawab terhadap
kualitas. Hal ini dapat dicapai dengan memfokuskan pada perkembangan
keterampilan dan kemampuan yang diperlukan karyawan untuk berprestasi.
Didalam model TQM, peranan
penghargaan dan pengakuan terhadap prestasi karyawan, seperti penilaian
kinerja,kompensasi,program pengakuan prestasi, dan system promosi, merupakan
motivasi untuk mencapai saran perusahaan. Banyak manajer dan penyelia yakin
bahwa uang merupakan motivator terpenting bagi karyawan untuk meningkatkan
kinerjanya, akan tetapi ternyata hasil penelitian dan survai di peroleh hasil
bahwa pengakuan prestasi kerja merupakan motivator yang paling kuat.
Penghargaan
dan pengakuan perestasi tidak akan menghasilkan total quality. Akan tetapi apabila kedua hal tersebut tidak ada,
maka akan mengakibatkan keyakinan karyawan terhadap nilai rill kualitas dan
kontribusi mereka untuk memperbaiki kualitas. Perusahaan yang akan menerapkan
TQM harus dilakukan pendekatan penghargaan pengakuan apabila ingin sukses dalam
menerapkan system tersebut.
Menurut
Beer (dalam George dan Weimerskirch, 1994), upah gaji berfungsi untuk
menciptakan keadilan dan kesamaan. Upah gajih tersebut harus dapat menarik
orang untuk masuk ke dalam organisasi. Akan tetapi upah/gaji bukan merupakan
komponen terpenting untuk memotivasi kinerja, disisi lain Slcrabec (dalam
George dan weimerskirch,1994), menyatakan bahwa system yang paling bagus untuk
meningkatkan kinerja adalah pembagian laba. Kapan mempertimbangkan perbedaan
tersebut, upah atau gajih merupakan faktor penting yang mendukun proses
perbaikan kualitas.
System kompensasi yang baik harus
memenuhi prinsip-prinsip fungsi manajemen kualitas sebagai berikut:
1)
Kompensasi harus berorientasi pada pelanggan (customer
driven).
2)
Upah gajih diberikan pada karyawan yang memiliki
keterampilan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan eksternal. Unuk melakukan hal
tersebut, karyawan hars mengetahui kebutuhan dan harapan pelanggan serta apa
yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mmenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan tersebut. Secara internal sebenarnya karyawan dan manajer adalah
pelanggan dari system kompensasi. Oleh karenanya kebutuhan dan harapan mereka
juga harus dipertimbangkan dalam system kompensasi.
3) Kompensasi harus berorientasi pada tim.
4) TQM mensyaratkan dibentuknya tim. Jadi, kompensasi
disarankan pada pencapaian sasaran tim, bukan sasaran individu.
5)
Kompensasi harus dapat diukur.
6) Pengukuran digunakan untuk menentukan beberapa besar
upah gajih yang harus diberikan sebagai hasil darin kerja tim. Pengukuran harus
relevan, tersedia selama proses, dan difokuskan pada apa yang penting bagi
pelanggan.
7)
System kompensasi harus mengikut sertakan partisipasi
seluruh karyawan.
8)
Karyawan, baik secara individual maupun tim, harus
berpartisipasi dalam mnentukan sasaran, mengidentifikasi indikator kunci,
memantau serta mengevaluasi kemajuan perkembangan. Persahaan harus memberikan
pelathn untuk menolong karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.
Penilaian kinerja dapat mendukung
perbaikan kualitas bila keadaan dibawah ini dapat terpenuhi:
·
Penilaian kinerja harus dipisahkan dari system
kompensai.
·
Penilaian kinerja harus didasarkan pada observasi,
pengukuran perilaku, dan hasil.
·
Penilaiannkeinerja harus mendorong partisipasi
karyawan
Peranan manajer dalam penilaian
kinerja adalah untuk membentu karyawan memahami penilaian tersebut,
bersama-sama karyawan menentukan ssaran dan tindakan mencari kesempatan untuk
pengembangan karir, serta mendorong karyawan untuk memberikan umpan balik
terhadap kinerja manajer yang berkaitan dengan mereka. Karyawan bukan hanya sebagai pendengar yang
fasip, tetapi sebagai partisipan yang aktif.
Penghargaan
berbeda dengan pengakuan. Penghargaan biasanya dalam bentuk moneter, sedangkan
pengakuan adalah tindakan atau kegiatan dalam bentuk non moneter. Penghargaan
bisa dalam bentuk bonus, uang, liburan, dan lain-lain. Sedangkan pengakuan dapat berupa ucapan
terimakasi, award dari perusahaan, dan lian-lain. Program pengakuan yang baik
harus memenuhi keriteria sebagai berikut:
· · Konsisten, yaitu diberikan dengan cara yang sama dari
waktu ke waktu
· ·
Memerlukan biaya
· · Sering dilakuakn
· · Orang yang memberikan pengakuan menggunakan keterampilan
interpersonal untuk memberikan formasi mengenai pencapaian prestasi
· ·
Pengakuan yang berasl dari rekan sejawat
· · Public
display
· · Pengakuan harus didasarkan pada kepercayaan dan
kehormatan
· · Umpan balik spsesipik di berikan untuk menunjukan
bahwa seorang melakuan sesuatu yang bernilai
· ·
Semakin banyak orang
dilibatkan dalam proses seleksi, semakin subjektif yang di berikan
· · Pengakuan dilakukan secara bersekala, semakin pendek
jarak antara tindakan dan pengakuan, semakin baik untuk menghindari hilangnya
efek tersebut.
· · Pengakuan bersifat win/win (setiap orang adalah
pemenang).
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan merupakan salah satu unsur TQM. Jika karyawan dilibatkan dalam
berbagai kegiatan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan maka mutu atau
kualitas lembaga dapat terjamin karena karyawan merupakan orang yang
melaksanakan tugas operasional yang lebih mengenal keadaan sebenarnya
dilapangan.
Salah satu bentuk PPK adalah dengan
membuat suatu tim kerja yang biasa disebut dengan gugus kendali mutu. Tim ini
terbentuk dari empat sampai dengan duabelas karyawan yang berasal dari tempat
atau bidang yang sama dalam perusahaan secara sukarela berkumpul untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka dan menerapkannya dalam kegiatan operasional
perusahaan. Karyawan harus di berikan penghargaan dan pengakuan prestasi kerja
untuk mencapai suatu sasara suatu perusahaan, penghargaan dan pengakuan
prestasi karyawan, seperti penilaian kinerja, kopensasi, program pengakuan
prestasi,dan system promosi.
3.2 Saran
Setelah mengkaji tentang mengenai konsep
pelibatan dan pemberdayaan karyawan maka beberapa saran yang dapat kelompok kami sampaikan
adalah :
1. Perlu adanya sebuah penjelasan dari
seorang yang pakarnya atau orang yang terjun dibidangnya supaya dapat memahami
pentingnya pelibatan dan pemberdayaan karyawan
2. Perlu adanya pembahasan
lebih lanjut tentang mengenai pelibatan dan pemberdayaan karyawan supaya lebih
jelas dan faham
DAFTAR PUSTAKA
Crocker,
Olga L. 2002. Gugus Kendali Mutu. Jakarta: Bumi Aksara
Fandy
Tjiptono, dkk. 2003. Total Quality Management, Yogyakarta
Raja
Bamabang Sutikno. 2005. Mengoptimalkan Performa Karyawan dengan Prinsip Empati.
Jakarta: UI Press
Diktat
pengendalian kualitas oleh Nurul Diena Novania, ST. Modul ke-X pusat
pengembangan bahan ajar UMB.
No comments:
Post a Comment