Sunday, April 2, 2017

KUALITAS SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN DAYA SAING

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Di era globalisasi yang semakin maju, kualitas menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh suatu perusahaan dalam pembuatan produknya, karena semakin bagusnya kualitas produk maka akan membuat konsumen semakin tertarik untuk membeli produk tersebut. Dalam hal ini untuk memenuhi keinginan konsumen sudah pasti bahwa perusahaan-perusahaan tersebut akan bersaing untuk meningkatkan kualitas produknya.
Dalam memenuhi kebutuhan konsumen perusahaan harus benar-benar menjaga dan memperhatikan kualitas dari produk mereka, itu karena konsumen dapat memiliki ikatan yang kuat dengan perusahaan apabila kebutuhan dan keinginan yang mereka harapkan dapat dipenuhi oleh perusahaan.
Selain itu, sistem pengendalian mutu yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas yang akan berpengaruh terhadap daya saing dari produk yang dihasilkan itu sendiri. Pengendalian terhadap mutu/kualitas didefinisikan sebagai suatu sistem pengendali yang efektif dalam mengkoordinasikan setiap usaha untuk menjaga dan meningkatkan kualitas suatu produk, serta melakukan perbaikan mutu dalam kegiatan produksi agar menghasilkan produk yang dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan dan keinginan dari para konsumen. Selain itu, alasan mengapa pengendalian mutu sangat dibutuhkan agar produk yang dihasilkan memiliki spesifikasi sesuai dengan ketentuan sebelumnya dan meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan yang berdampak pada berkurangnya jumlah produk yang cacat, menghemat dalam pemakaian bahan baku serta sumber daya yang lainnya.
Apabila kualitas produk yang dihasilkan superior serta pangsa pasar yang dimiliki besar/luas maka profitabilitasnya dapat terjamin. Dengan demikian kualitas memiliki hubungan yang erat dengan profitabilitas. Perusahaan yang mampu memberikan kualitas produk yang superior tentu dapat mengalahkan para pesaingnya.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi dari kualitas?
1.2.2 Bagaimana kualitas, profitabilitas, dan daya saing?
1.2.3 Apa saja komponen penunjang daya saing?
1.2.4 Bagaiaman budaya kualitas sebagai penunjang daya saing?
1.2.5 Bagaimana ISO-9000 dan daya saing?
1.2.6 Apa saja konsep value chain dan kemitraan?
1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari kualitas.
1.3.2 Untuk mengetahui kualitas, profitabilitas, dan daya saing.
1.3.3 Untuk mengetahui komponen penunjang daya saing.
1.3.4 Untuk mengetahui budaya kualitas sebagai penunjang daya saing.
1.3.5 Untuk mengetahui ISO-9000 dan daya saing.
1.3.6 Untuk mengetahui konsep value chain dan kemitraan.













BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi Kualitas
. Kualitas didefinisikan sebagai segala hal yang menentukan kepuasan konsumen dan disertai upaya terus-menerus ke arah perbaikan atau dikenal dengan istilah Q-MATCH (Quality = Meets Agreed Terms and Changes).
2.2.Kualitas, Profitabilitas dan Daya Saing
Di era perdagangan bebas seperti saat ini, intensitas persaingan semakin naik dan jumlah pesaing semakin banyak. Untuk itu setiap perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen agar konsumen merasa lebih puas dengan cara-cara yang dilakukan oleh perusahaan tersebut daripada yang dilakukan oleh para pesaing. Profitabilitas itu sendiri adalah kemampuan untuk mendatangkan keuntungan (memperoleh laba).  Dewasa ini perhatian suatu perusahaan tidak terfokus pada produk dan jasa yang dihasilkan saja, melainkan juga memperhatikan pada aspek proses, sumber daya manusia, dan lingkungan.
Menurut Porter (1985), pada dasarnya setiap perusahaan menghadapi lima kekuatan atau faktor persaingan seperti pada bagan berikut:

Gambar 2.1. Lima Kekuatan Persaingan
Dari bagan tersebut terlihat bahwa faktor persaingan yang dihadapi perusahaan yakni meliputi pesaing dalam industri yang sama, bargaining power pemasok, bargaining power pembeli, ancaman pendatang baru dan ancaman dari produk substitusi.
Dengan semakin kompleksnya persaingan industri antar perusahaan maka kualitas yang ingin dipenuhi harus dilihat dari sudut pandang konsumen/pelanggan. Demikian pula penerapan TQM dalam perusahaan harus menitikberatkan pada sudut pandang untuk mencapai kepuasan konsumen. Sesuai perspektif TQM terhadap kepuasan pelanggan bahwa pelanggan merupakan penilai terakhir dari kualitas sehingga prioritas utama dalam jaminan kualitas adalah memiliki piranti yang handal dan sahih mengenai penilaian konsumen terhadap perusahaan, maka dibutuhkan kerangka manajeman kualitas yang didasarkan pada dua alasan pokok sebagai berikut:
1.      Orientasi Pemasaran
Meliputi usaha perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan pelanggan, meningkatkan pangsa pasar, efisiensi dan produktivitas.
2.      Orientasi Internal Perusahaan
Meliputi usaha perusahaan untuk mengurangi losses (kehilangan), spills (kejatuhan), waste (pemborosan) dan scrap (menyisakan). Serta upaya untuk memaksimalkan usaha karyawan, penghematan eneri sumber daya manusia, dan pengidentifikasian peluang pemecahan masalah.
Kualitas bukan kombinasi dari faktor kebetulan. Kualitas harus didefinisikan, dirancang, direncanakan, dan dilaksanakan secara tepat.
Perusahaan yang selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produk atau jasanya akan mendapat banyak keuntungan. Hal ini dikarenakan kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan, profitabilitas dan pangsa pasar. Dengan memiliki kualitas yang baik, pelanggan akan merasa puas. Apabila pelanggan merasa puas maka akan terjalin kesetiaan dan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan tersebut. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasar melalui pemenuhan kualitas yang bersifat customer driven sehingga memberikan keunggulan harga dan customer value. Apabila kualitas yang dihasilkan superior maka profitabilitas terjamin.selain itu kualitas juga dapat mengurangi biaya sehingga akan memberikan keunggulan kompetitif berupa peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan. Secara sederhana, manfaat dari kualitas yang superior yakni sebagai berikut:
a.       Loyalitas pelanggan yang lebih besar
b.      Pangsa pasar yang lebih besar
c.       Harga saham yang lebih tinggi
d.      Produktivitas yang lebih besar


2.3    Komponen Penunjang Daya Saing
Adapun komponen dasar penunjang daya saing yaitu:
1.      Kebijakan Industri
Kebijakan industri merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta yang bertujuan untuk menyediakan insentif yang dapat mendorong bisnis untuk berperilaku yang mengarah pada peningkatan daya saing. Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam kebijakan industri antara lain:
-          Investasi dalam penelitian dan pengembangan
-          Perluasan sektor industri
-          Investasi dalam infrastruktur teknologi tinggi
-          Alih teknologi
-          Ekspor industri
-          Reformasi dan investasi pendidikan
2.      Teknologi
Teknologi adalah perwujudan secara fisik dari ilmu pengetahuan. Teknologi dirancang untuk memperluas kemampuan manusia sehingga dapat meningkatkan daya saing organisasi.
3.      Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling bernilai bagi peningkatan daya saing. Hal ini terlihat dari pengalaman Jerman dan Jepang ketika bangkit dari kehancuran pasca Perang Dunia II. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kesuksesan Jerman dan Jepang, diantaranya adalah strategi yang mereka terapkan dalam mengelola sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan daya saing dipasar global. Strategi tersebut antara lain terdiri dari :
a.       Kerja sama diantara perusahaan, tenaga kerja, dan pemerintah.
b.      Pendidikan dan pelatihan berkualitas tinggi
c.       Keterlibatan dan empowerment karyawan
d.      Kepemimpinan pada setiap level
e.       Kerjasama Tim.
2.4    Budaya Kualitas Sebagai Penunjang Daya Saing
Menurut Bounds budaya mengandung berbagai aspek pokok seperti:
a.       Budaya merupakan konstruksi sosial unsur-unsur budaya seperti nilai-nilai, keyakinan dan pemahaman, yang dianut oleh semua anggota kelompok.
b.      Budaya berisi kebiasaan atau tradisi
c.       Budaya mengarahkan perilaku: kebiasaan atau tradisi merupakan perekat yang mempersatukan suatu organisasi dan menjamin bahwa para anggotanya berperilaku sesuai dengan norma
d.      Budaya masing-masing organisasi bersifat unik.
Menurut Goetsch dan Davis, budaya kualitas sendiri adalah sistem nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus menerus.
Adapun karakteristik umum organisasi yang memiliki budaya kualitas adalah sebagai berikut:
a.       Perilaku sesuai dengan slogan
b.      Masukan dari pelanggan secara aktif diminta dan digunakan untuk meningkatkan kualitas secara terus-menerus
c.       Para karyawan dilibatkan dan diberdayakan
d.      Pekerjaan dilakukan dalam suatu tim
e.       Pendidikan dan pelatihan diadakan agar para karyawan pada semua level memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas secara terus-menerus
f.       Sistem penghargaan dan promosi didasarkan pada kontribusi terhadap perbaikan kualitas secara terus-menerus


2.4.1        Penolakan Terhadap Perubahan Budaya
Di dalam organisasi biasanya terdapat pendukung perubahan dan penentangnya. Pendukung perubahan berfokus pada manfaat yang diharapkan terjadi dari adanya perubahan. Sementara penentangnya berfokus pada ancaman yang dirasakan atas status, keyakinan, kebiasaan, dan keamanan mereka. Perbedaan persepsi antara kedua kelompok ini ditunjukkan seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.4.1 Perbedaan Persepsi Terhadap Usulan Perubahan
Usulan Perubahan
Persepsi Pendukung Perubahan
Persepsi Penentang Perubahan
Mengadakan program pendidikan dan pelatihan karyawan
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kerja
Pemborosan
Untuk mengatasi penolakan terhadap perubahan, perlu diterapkan langkah-langkah yang dapat mempermudah perubahan sebagai berikut:
1.      Mengadopsi paradigma baru yang mendukung perubahan
Paradigma tradisional para pendukung perubahan adalah sebagai berikut:
-          Pendukung perubahan terlalu berfokus hanya pada hasil dan manfaat yang diharapkan
-          Pendukung perubahan seringkali tidak sabar terhadap perhatian atau keprihatinan para penentang.
2.      Memahami persoalan para penentang potensial
Beberapa alasan yang mendasari penolakan terhadap perubahan antara lain:
a.       Iklim ketidakpercayaan/kecurigaan
b.      Takut gagal
c.       Pekerjaan yang lebih banyak
d.      Tekanan rekan kerja
3.      Melaksanakan strategi mengembangkan perubahan
Menurut Juran, strategi untuk mengembangkan perubahan antara lain:
a.       Libatkanlah para penolak potensial
b.      Ciptakan lingkungan yang positif
c.       Berikan tanggapan dengan cepat dan secara positif
d.      Bekerjalah dengan pemimpin-pemimpin yang diakui
e.       Hargai dan hormati setiap orang
f.       Bersikaplah konstruktif
2.4.2        Pembentukan Budaya Kualitas
Guna mengubah budaya organisasi dari yang tradisional menjadi budaya kualitas diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang dibutuhkan
Untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang dibutuhkan, harus dilakukan penilaian apakah organisasi yang bersangkutan sudah memiliki budaya kualitas sebagai berikut:
-          Komunikasi yang terbuka dan terus-menerus
-          Kemitraan internal yang saling mendukung
-          Pendekatan kerja sama tim dalam proses dan dalam mengatasi masalah
-          Menginginkan masukan dan feedback dari pelanggan.
b.      Menuliskan perubahan-perubahan yang direncanakan
c.       Mengembangkan suatu rencana untuk melakukan perubahan
d.      Menerapkan strategi courtship (kemesraan)
e.       Memberikan dukungan.

2.5    ISO-9000 dan Daya Saing
ISO-9000 yakni sekumpulan standar sistem kualitas universal, memberikan kerangka yang sama bagi jaminan kualitas yang dapat dipergunakan di seluruh dunia. Adapun tujuan utama dari ISO-9000 ini yakni:
1.      Organisasi harus mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan para pembeli
2.      Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat dipertahankan
3.      Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak pembeli bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijual.
Manfaat yang didapatkan perusahaan apabila mendapatkan sertifikasi ISO 9000 adalah diperolehnya jaringan yang lebih besar untuk memasuki pasar luar negeri dan memiliki kesesuaian dengan pemasok dari luar negeri.
2.6    Konsep Value Chain dan Kemitraan
Value chain adalah serangkaian aktivitas yang relevan dalam proses pengadaan, penyimpanan, penggunaan, transformasi, dan disposisi sumber daya, mulai dari value chain pemasok sampai value chain pembeli.

Dari sudut pandang strategik, konsep value chain menekankan empat aspek utama untuk meningkatkan laba perusahaan, yaitu:
1.      Keterkaitan dengan pemasok
2.      Keterkaitan dengan pelanggan
3.      Keterkaitan proses dalam value chain suatu unit bisnis
4.      Keterkaitan antar value chain unit bisnis yang ada dalam perusahaan
Makna yang terkandung dalam kemitraan adalah membina hubungan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan, dimana semua pihak yang terlibat akan memperoleh manfaat atau keuntungan. Hubungan kemitraan akan memberikan hasil maksimum apabila semua pihak dalam rangkaian kemitraan tersebut bekerjasama.

1.      Kemitraan Internal
Kemitraan internal merupakan usaha penciptaan suatu lingkungan yang didalamnya terdapat mekanisme terstruktur yang merangsang dan membentuk aliansi yang saling mendukung antara manajer dan karyawan, tim, dan karyawan individual yang memaksimumkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki suatu perusahaan.
Pembentukan kemitraan internal dilakukan pada tiga tingkatan yakni:
a.       Kemitraan antara manajemen dengan karyawan
b.      Kemitraan antar tim
c.       Kemitraan antar karyawan
Tujuan dari kemitraan internal adalah untuk memanfaatkan kemampuan penuh dari sumber daya perusahaan dan memfokuskannya pada perbaikan kualitas secara terus menerus.
2.      Kemitraan dengan Pemasok
Tujuan kemitraan dengan pemasok yakni untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang loyal, saling percaya, dan dapat diandalkan sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak, dan meningkatkan penyempurnaan kualitas, produktivitas, dan daya saing secara berkesinambungan.
Syarat dalam menjalin kemitraan dengan pemasok antara lain:
a.       Personil pemasok harus berinteraksi dengan orang yang benar-benar menggunakan produknya
b.      The price-only approach dalam negosiasi antara pembeli dan pemasok harus dihilangkan
c.       Kualitas produk dan proses yang dilakukan pemasok harus terjamin
d.      Pemasok harus benar-benar memahami dan dapat mempraktikkan just in time
e.       Kedua belah pihak harus mampu saling bertukar informasi
3.      Kemitraan dengan Pelanggan
Kemitraan dengan pelanggan perlu dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan daya saing perusahaan. Cara terbaik untuk menjamin kepuasan pelanggan adalah melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pengembangan produk.
4.      Kemitraan dengan Pesaing Potensial
Tujuan dari kemitraan dengan pesaing potensial adalah untuk meningkatkan daya saing. Biasanya dilakukan oleh perusahaan kecil dan menengah.















BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
. Kualitas didefinisikan sebagai segala hal yang menentukan kepuasan konsumen dan disertai upaya terus-menerus ke arah perbaikan atau dikenal dengan istilah Q-MATCH (Quality = Meets Agreed Terms and Changes).
Perusahaan yang selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produk atau jasanya akan mendapat banyak keuntungan. Hal ini dikarenakan kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan, profitabilitas dan pangsa pasar. Dengan memiliki kualitas yang baik, pelanggan akan merasa puas. Apabila pelanggan merasa puas maka akan terjalin kesetiaan dan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan tersebut. Dengan terus mempertahankan kualitasnya, perusahaan dapat mengungguli pesaingnya. selain itu kualitas juga dapat mengurangi biaya sehingga akan memberikan keunggulan kompetitif berupa peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.
3.2    Saran
Persahaan yang baik akan selalu membuat produk yang berguna atau dibutuhkan oleh konsumen, persaingan untuk memuaskan konsumen harus dilakukan dengan positif tanpa harus merugikan konsumen. Dan produk yang dihasilkan tidak boleh membahayakan konsumen maupun karyawan yang bekerja didalamnya. Demikianlah makalah ini kami buat jika ada kesalahan dalam tata bahasa dan penulisannya kami mohon maaf, untuk itu kami mohon kritik dan saran yangn membangun.






DAFTAR PUSTAKA
Gasperz, Vincent. 2003. Total Quality Management (TQM). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia. 2003. Total Quality Management (TQM). Yogyakarta: Penerbit Andi
Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Android Play Store
Suwendra, Wayan. 2014. Manajemen Kualitas Total (MKT). Singaraja: Graha Ilmu
Prihantoro, Dr. C. Rudy. 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Aplikasi Kamusku, Andoid Play Store












No comments:

Post a Comment